Sabtu, 28 Januari 2012

FHB Januari 2012 : 8 Presenter, 8 Inspirasi


Forum Hijau Bandung (FHB) edisi Januari ini kemasannya agak berbeda. Kenapa? Karena ada 8 presenter dari komunitas berbeda-beda, akan berbagi cerita kegiatannya masing-masing! Ya, sebelum memasuki tahap evaluasi tahunan di bulan Februari nanti, tim manajemen FHB "menghabiskan" lembaga-lembaga yang belum sempat membagi ceritanya melalui foto kegiatan yang telah dikirim di saat bulan puasa 2011 lalu.

FHB dibuka oleh MC Wisnu Rizky dari Ugreen ITB. Hingga pukul 16.00 sebuah film berjudul "Sex, Lies, Cigarettes" diputar untuk menunggu peserta lain hadir. Film ini bercerita tentang fenomena rokok di Indonesia, yang ternyata menjadi sorotan dunia. FHB kali ini dilaksanakan di aula BPLHD Jawa Barat, Jalan Naripan No. 27. Waktu penyelenggaraannya pada pukul 15.30 - 18.30. Dengan waktu sesempit ini, 8 presenter harus bergantian menyampaikan cerita seru masing-masing komunitasnya. Ada apa saja kah komunitas yang berbagi ceritanya? Yuk kita simak satu-satu!


U-Green ITB

Rizky Firmansyah

Presentasi dibawakan oleh si ketuanya langsung, yaitu Rizky Firmansyah. U-Green ITB adalah sebuah bentuk Unit Kegiatan Mahasiwa ITB yang berisi sekumpulan mahasiswa yang peduli lingkungan, tetapi berasal dari berbagai macam jurusan. Usia U-Green ITB sekarang sudah memasukin tahun ke 6. Rizky bercerita banyak tentang kegiatan U-Green yang diantaranya adalah U-Green Goes to School, Hari Fauna, beberapa kunjungan yang salah satunya ke bekas TPA Leuwi Gajah, dan juga acara besarnya yaitu Envirovolution. Pergerakan U-Green lebih terfokus pada pendidikan lingkungan, khususnya di lingkungan ITB sendiri untuk mendukung ITB Eco-campus.


Komunitas Sahabat Kota (KSK)

Presentasi dibuka oleh Annisa Wibi (AW) dengan konsep-konsep mendasar dari KSK. Apa itu KSK?

"KSK adalah tempat kamu belajar dan berbuat untuk kotamu."

AW dan Ibu Tini

Tujuannya adalah untuk membuat kota yang ramah untuk penduduknya bersama kaum muda untuk memulai dan mewujudkan perubahan. Semua kalangan berhak ikut dalam KSK. Caranya adalah dengan menyebarkan ide dan menginspirasi. Buat semua orang yang ingin membuat perubahan pasti mereka bisa dan KSK siap untuk membantu mewujudkan perubahan ini. Kemudian presentasi dilanjutkan Ibu Tini, sebagai salah satu relawan tertua KSK yang mengaku "ketagihan" dengan kegiatan KSK. KSK selalu mengadakan training untuk tiap relawannya agar mengerti dan menerapkan konsep Education for Sustainable Development (ESD). Beberapa kegiatan KSK dipaparkan, yang salah satunya adalah tentang pengenalan transportasi, kemudian liburan di hutan Kareumbi. Wah seru!


Yayasan Arsitek 86 Peduli (ars86care)

Peduli apa? Ini yang menjadi kalimat pembuka oleh MC, dan ditanggapi oleh Bapak Andi Kumala, sebagai ketua yayasan sekaligus yang akan mempresentasikan kegiatan ars86care. Beliau presenter paling tepat waktu! :) Cerita dimulai dengan pertanyaan,

"Siapa di sini yang sudah punya anak?"

Pak Andi Kumala

Ya, tujuan Yayasan Arsitek 86 Peduli adalah pengendalian kualitas lingkungan agar nyaman bagi anak-anak. Mereka memproduksi materi2 yang harapannya bisa menjadi alternatif pendidikan bagi anak-anak, salah satunya dengan memproduksi buku anak-anak yang bebas dimiliki secara cuma-cuma. Ars86care mendorong untuk bekerja sama dengan mitra-mitra yaitu salah satunya adalah dengan Arsitek Hijau yang mendapatkan perhargaan dari Tempo. Keinginannya adalah memancing masyarakat untuk mengagas seperti apa Bandung yang kita inginkan.


Yayasan Kontak Indonesia (YKI)

Kang Endy Sulistiawan

Presentasi dibawakan salah satu pentolan YKI, oleh sang Direktur Program, Kang Endy Sulistiawan. Yayasan kontak indonesia kira-kira didirikan oleh beberapa orang-orang yang kata beliau kurang waras yaitu berjumlah 14 orang. Tahun 2005 yayasan ini mulai membadan hukumkan YKI. YKI mempunyai kegiatan besar, beberapa di antaranya tentang kesehatan gizi, kesehatan lingkungan, dan program lingkungan. Program lingkungan di antaranya mencakup pendidikan lingkungan dan kegiatan pemberdayaan masyarakat (contohnya adalah pendampingan kepada wanita pekerja seks). Dari foto-foto kegiatannya bercerita tentang dokumentasi kegiatan yang beberapa di antaranya : program pemberdayaan pemulung, pelatihan AGPL (Anak Gaul Peduli Lingkungan), dan mendaur ulang sampah tetra pak.


lingkarhijau

Kang Dedi

Sebelumnya penulisan nama lembaga ini memang begitu adanya, "lingkarhijau", huruf kecil dan disambung, begitu kata Kang Dedi, sesuai dengan penamaan pengusulnya dulu. Lingkarhijau ini ada terkait dengan beberapa komunitas di bandung. Kang Dedi sebagai presenter memulai kisah lingkarhijau dengan penggambaran dinamisasi komunitas lingkungan Bandung. Saat aktivitas komunitas dan organisasi lingkungan pada sekitar tahun 2002 menurun, kecenderungan kegiatan anak muda wadahnya semakin kecil. Oleh karena itu lahirlah lingkarhijau. Lingkarhijau hanya sebatas mempertemukan penggiat lingkungan setidaknya 1 tahun sekali untuk melaksanakan hari bumi bersama. Lingkarhijau itu bukan ikatan organisasi tetapi merupakan wadah komunitas-komunitas untuk sama-sama berkumpul untuk memperingati hari bumi. Beberapa foto kegiatan yang ditunjukan adalah peringatan hari bumi yang pernah bekerjasama dengan kelompok teater, UPI, dan KMPA ITB. Sudah 3 tahun belakangan lingkarhijau tidak terdengar lagi pergerakannya.


Wahana Lingkungan Hidup (Walhi)

Dwi Sawung

Presentasi dibawakan oleh Kang Dwi Sawung, yang juga merupakan salah satu tim manajemen FHB tahun 2011-2012. Walhi merupakan salah satu organisasi yang cukup tua di Bandung, yaitu umurnya sekitar 33 tahun. Fokus dari kegiatan Walhi adalah pada bidang advokasi. Beberapa kegiatan yang diceritakan sebagian besar berbentuk aksi, yaitu :

  • Aksi Tangkuban Perahu ketika sempat dirancang untuk dibuat resort
  • Kasus PLTSa, dengan salah satunya membuat aksi berupa mural
  • Babakan Siliwangi,sejak tahun 2003
  • Pemasangan banner propaganda di Cikapayang pada hari bumi (saat ini sudah tidak bisa dilakukan)

Bandung Green & Clean (BGC)

Pak Priyo

Presentasi dibawakan oleh Pak Priyo. Usia BGC saat ini sama seperti FHB yang menginjak tahun ke 4. Tahun 2009 BGC bermitra dengan Unilever, BPLHD, Pikiran Rakyat, Rase FM, dan LPTT. BGC dibuat semacam kompetisi. Total RW di Bandung adalah 1557. Pada tahun 2009 peserta BGC adalah 100 RW, lalu meningkat di tahun 2010 yaitu 200 RW dan 2011 mencapai 370 RW. Selain itu, BGC memiliki program road show bank sampah. Tahun 2010 BGC menggandeng mitra lain yaitu ibu PKK Kota Bandung karena melihat kegiatan sebelumnya banyak diikuti oleh ibu-ibu. Pak Priyo mengatakan beberapa RW mengeluh karena tidak didukung oleh kecamatan. Salah satu alasannya adalah kecamatan dan kelurahan yang kurang paham mengenai lingkungan. Beberapa kegiatan yang diceritakan adalah :
  • Bandung Eco Town : RW 6 Palasari merupakan Pemenang 2010. Hasil dari bank sampah omsetnya mencapai 10 juta rupiah.
  • Program Bandung green school, diikuti 100 sekolah.
  • Pelatihan fasilitator untuk guru2
  • Roadshow bank sampah di tiap-tiap RW
  • Penandatanganan fakta integritas untuk mendukung program bandung green and clean

Komunitas Engkang-Engkang

Presentasi ini dibawakan Bunda Maria Hardayanto. Beliau adalah salah satu penulis aktif di Kompasiana, dan penggerak di Komunitas Engkang-Engkang dan Ibu Sukamulya. Pada kesempatan ini beliau lebih banyak bercerita tentang Komunitas Engkang-Engkang.

Bunda Maria Hardayanto

"Mengapa saya menawari untuk membentuk komunitas? Masyarakat itu tidak bisa hanya sekedar diberi pelatihan. Kita harus terjun langsung dan kita dampingi."

Itu dia kalimat kunci pergerakan yang dilakukan Bunda. Komunitas Engkang-Engkang dan Ibu Sukamulya adalah 2 komunitas serupa dengan basis pemberdayaan masyarakat. Beberapa foto wilayah komunitas yang perlahan berubah menjadi sangat baik membuat partisipan FHB lain beberapa kali bertepuk tangan. Urban farming, pembuatan kompos dengan takakura, terrarium, dan pemanfaatan ganyong atau singkong (yang foto-foto hasil makanannya membuat tergiur) menjadi bentuk kegiatan yang sangat positif di komunitas ini. Nilai yang ingin Bunda tularkan adalah kita tidak bisa sekadar menyuruh, tetapi kita harus terjun, maka masyarakat akan lebih mengerti.


Kompasiana

Setelah waktu hampir habis, Bunda sedikit membagi pengalamannya menulis di rubrik Kompasiana.

"Masyarakat itu dibagi 2. Ada yang tidak tahu dan tahu. Menulis kompasiana agar kita bisa menularkan virus-virus ke masyarakat luas. Faktanya sekarang hanya sedikit masyarakat yang membaca tulisan-tulisan di kompasiana."

Bunda banyak menulis di Green Kompasiana. Kenyataannya ternyata masyarakat masih minim dalam ketertarikannya membaca artikel yang berbau ilmu dan wawasan. Salah satunya tulisan Bunda tentang Bandung Berkebun yang sudah sepopuler itu pun tidak terlalu banyak pembacanya.

.........

Ya, itu hanya sedikit dari sekian banyak komunitas dan pergerakan di Kota Bandung yang berbasis pendidikan, masyarakat, dan lingkungan. Melihat dan mendengarkan cerita dari lembaga-lembaga yang berbeda ini, harapannya dapat menginspirasi dan membuka peluang kolaborasi. Salah satu bentuk kolaborasi sempat disinggung Bunda. Bagaimana jika dalam rangka memperingati Hari Bumi, atau Hari Lingkungan Hidup, tiap-tiap komunitas berkolaborasi mengembangkan satu wilayah yang sudah dibina? Bukan menggunakan cara baru, tetapi bergerak tetap pada cara komunitas masing-masing. Banyak cara, tetapi satu tujuan :)

Dan ini dia update kegiatan dari beberapa komunitas :
  • Pendaftaran relawan Baru, waktu sepanjang tahun, YPBB (CP Anil 081320375404)
  • Seminar "pemuda dan pertanian berkelanjutan", 18 Februari 2012, IAAS Unpad (CP Rahyang 08562172018)
  • Bebersih Cikapundung, 29 Januari 2012, U-Green ITB (CP Wisnu 085624076945)
  • Pelatihan relawan KSK, 28-29 Januari 2012 (CP Atu 085624610712)
  • Akademi Agent Berkebun, Bandung Berkebun, 4 Februari 2012 (CP Diah 085624637579)
  • Headbag mob, Greeneration Indonesia, 5 Februari 2012 @ CFD Dago (Pendaftaran komunitas : Windy 0813205052255)
  • BPLHD : bekerja sama dengan LIPI membuat media untuk mengedukasi anak-anak untuk menilai kualitas sungai. Dimohon bisa mengajak anak-anak untuk turun menilai kualitas sungai di Bandung.

Sampai bertemu di FHB edisi Februari! :)


*)Dokumentasi oleh Endy Sulistiawan dan Dwi Sawung

Selasa, 17 Januari 2012

buku catatan baru!

Hahaha sebegitu pentingnya sebuah buku catatan buat saya. Kebiasaan mencatat (di luar catatan kuliah) sudah jadi kebiasaan dari sejak SMA. Rasanya seperti tidak punya pegangan kalau tidak bawa buku catatan yang lengkap dengan agenda hariannya.

Si buku batik sudah sampai di halaman terakhir! Gawat! Saya harus segera ganti buku. Tapi saya tidak mau buku yang tinggal beli di toko buku. Banyak sih yang menarik, tapi saya lebih suka bikin sendiri :)


Ceritanya si buku batik itu dapatnya dari "bonus" alias souvenir tanda terima kasih dari acara resepsi pernikahan. Berhubung ada tulisan anu dan anu di bagian depan, maka saya tutuplah dengan kain perca yang saya punya. Hanya berhenti sampai di situ kreasi saya untuk buku kemarin. Untuk buku tahun ini, saya mau buat yang agak "niat" :]

Nah tadinya saya kekeuh mau bikin buku catatan dengan kertas yang agak kuning. Rasanya lebih gimanaa dan eksklusif. Menulisnya juga rasanya teduh. Tapi setelah berhari-hari bolak balik mencari jenis kertas yang namanya exceedo itu (keinginan ini diperkuat karena kertas ini berbahan daur ulang), ternyata tidak ketemu juga :(

Akhirnya saya menyerah. Aah masa saya harus pakai kertas baru? (jiwa "hijau" saya memberontak). Eh tiba-tiba pakde saya menawarkan setumpuk kertas reuse (kertas yang 1 sisinya telah terpakai). Semuanya sudah dalam potongan A5, dan ada beberapa yang karena sudah terpotong maka jadi seperti kertas baru. Meskipun ada beberapa huruf atau angka yang tertinggal di sudutnya, seperti angka halaman, bukan jadi masalah. Akhirnya dengan potongan-potongan kertas A5 itu saya gowes sepeda saya dan membawanya ke percetakan di daerah Dipati Ukur. Saya pesan untuk dipotong lagi menjadi seukuran A6 dan dijilid hardcover. Saya keluar uang 13 ribu rupiah untuk menjilid.

Esok harinya saya ambil si buku catatan baru ini, dan mulai berkreasi. Bermodalkan penggaris, pensil warna, cutter, gunting, pensil, bolpen, kain-kain perca, lem, kapas, benang, jarum, dan spidol saya sulap buku jilidan biasa-biasa saja menjadi buku kreasi sendiri :) Temanya manfaatkan saja yang ada, alias ogah rugi. Belum pernah seniat ini menghias-hias buku. Hehe. Saya pamer sedikit boleh yaa. Haha mau bikin buku catatan aja kaya orang susah ya :p

Huruf "R" hasil eksplorasi motif kain, dengan metode coba-coba menghitamkan beberapa titik-titik motif. Eh ternyata bisa juga kelihatan jadi huruf. Hehe

Bagian belakang di desain supaya bisa menyelipkan kartu-kartu penting


Untuk agenda harian supaya tidak pelupa :)
12 lembar kertas di bagian belakang dipotong bagian atasnya supaya tidak perlu pengulangan tulisan harinya.


Ukuran A6, pas digenggam :D

Nah sekarang buku ini yang akan menemani petualangan saya selanjutnya! :D
Ayo kreasikan buku catatanmu!

Minggu, 08 Januari 2012

Bermain ke Rumah Dubes

Jumat pagi, 23 Desember 2011

Teringat cerita dari si "pemandu wisata" dari Papermoon 2 malam sebelumnya, ternyata ada kediaman mantan duta besar Indonesia di gang yang sama dengan wisma tempat saya menginap. Sebuah rumah besar dengan arsitektur gaya Belanda di kanan jalan. Sebuah kotak telepon umum merah bergaya Eropa yang berdiri di samping rumah menarik perhatian kami.


Kalau kata Mas Wulang Sunu si pemandu wisata waktu itu, rumah ini berisi 1 set peralatan gamelan lengkap dan wayang. Untuk pecinta gamelan, katanya boleh saja main-main ke rumah itu. Wah menarik nih!

Sebelum saya dan teman-teman meninggalkan kota Jogja dan melanjutkan perjalanan ke Kota Solo, jam 7 pagi kami sudah bersiap untuk "mampir" ke rumah ini. Bermodalkan nekat, rumah yang tampak kosong dari luar ini pun kami masuki. Pagar tidak dikunci. Kami berhasil masuk ke pekarangan rumah. Mengintip dari jendela, saya bisa melihat bagian dalam rumah. Saya mencoba membuka pintu,dikunci ternyata. Menyadari ada pintu lagi di samping rumah, kami memberanikan diri mengetuk.

Kemudian muncul seorang Bapak yang setelah mengobrol kami tahu namanya Pak Tugio. Usianya sekitar 40 tahun. Kami ceritakan maksud kami untuk melihat-lihat koleksi gamelan dalam rumah itu. Pak Tugio pun dengan senang hati mengambil kunci rumah, dan membukakannya.
Kami masuk lewat pintu samping.




Wah benar saja! Isinya seperangkat gamelan lengkap. Seperangkat gamelan lengkap ini bergaya Jogjakarta. Koleksi wayang tidak dipajang di dalam rumah. Rumah ini adalah milik mantan Duta Besar Indonesia, Pak Suhartoyo namanya. Beliau ditugaskan menjadi duta besar Indonesia di Inggris tahun 1985 hingga 1989. Kediaman ini terkenal di sebelum tahun 1971. Sampai saat ini masih sering digunakan berlatih di tiap Kamis malam dan Sabtu malam. Dari informasi yang saya dapat dari media Tempo tahun 1986 ,Pak Suhartoyo ternyata memiliki keahlian mendalang. Kemampuannya ini juga ditampilkan di negara tempat beliau bertugas.

Berbekal ilmu dari PSTK, saya mencoba mengajarkan teman-teman memainkan instrumen yang paling sederhana. Kami memainkan notasi yang ada di papan tulis selama beberapa kali putaran.


Tidak terasa pukul 8.30 dan kami masih asyik bermain. Akhirnya kami pun pamit dan menyampaikan banyak terima kasih ke Pak Tugio. Setelah berpamitan, kami mengabadikan diri dengan beberapa foto tepat di depan rumah ini. Setelah sadar hari semakin siang dan kulit mulai digigiti nyamuk-nyamuk kebun, kami pun benar-benar meninggalkan rumah ini.
Kalau Anda jalan-jalan ke Jogja, sempatkan mampir ke rumah ini! Saya tidak ingat persis alamat rumah lengkapnya seperti nomor rumahnya, yang pasti terletak di Jalan Tirtodipuran. Jalan kecil ini terletak di kanan jalan dari Jalan Parangtritis jika Anda dari arah kota Jogja ke Selatan. Jika dari arah selatan, maka Anda bisa menemuinya di kiri jalan. Setelah masuk ke belokan itu, Anda akan menemukan rumah ini di kanan jalan. Semoga warisan sejarah dan budaya ini tetap terjaga. Selamat mencoba! :)